Selasa, 13 Agustus 2013

Jangan Sampai Mengalami Defisit Kebajikan!



(new-muslim.info) 
PADA 1980-an, uang pecahan yang paling kecil adalah Rp5. Kita sering menyebutnya lima peol. Dengan uang pecahan tersebut dapat membeli jajanan anak-anak, seperti krupuk, permen, es, dan lain-lain.

Saat ini, pecahan uang yang paling kecil adalah Rp100 atau cepek, tapi bisa dibilang sudah tidak ada lagi jajanan yang bisa terbeli dengan cepek.

Harga jajanan saat ini minimal Rp500. Permen sekali pun banyak yang jual dengan harga di atas Rp500.

Meski nilainya kecil, namun jangan meremehkan koin tersebut. Sebesar apa pun uang yang dimiliki seseorang tidak akan sampai hitungan yang paling besar jika masih kurang Rp100. Uang Rp1.000 tidak akan sejumlah itu kalau kurang Rp100.

Kita mungkin masih ingat dengan koin yang dikumpulkan untuk Prita Mulyasari, perempuan yang dilaporkan sebuah rumah sakit swasta di Tangerang terkait kasus pencemaran nama baik, sebagai wujud solidaritas kemanusiaan. Jumlah yang terkumpul pada akhir Desember 2009 mencapai Rp810 dengan berat sekira 25 ton.

Setelah model pengumpulan koin Prita dianggap, maka bermunculah ide yang sama untuk Diah Putri, bocah penderita kanker hati; Fikri, penderita kelainan pada langit-langit mulut; Anton, penderita gagal ginjal; dan lainnya.

Anak-anak itu lahir dari keluarga yang tidak mampu. Koin sumbangan untuk merek setidaknya mampu mengurangi beban keluarga.

Kasus di atas merupakan bukti bahwa kita tidak bisa meremehkan sesuatu yang mungkin dipandangan kecil dan tak berarti apa-apa.

Perbuatan kebajikan sekecil apa pun jika dilakukan terus menerus dan berulang-ulang hasilnya akan menjadi luar biasa.

Ada kisah menarik yang pernah saya dengar dari seorang teman. Ia menceritakan kesuksesan seorang tukang becak yang menyedekahkan tenaganya. Tukang becak itu bertekad, setiap Jumat ia tidak akan meminta bayaran dari siapa pun yang menaiki becaknya.

Hal itu diniatkan sedekah karena hanya itu yang ia bisa lakukan. Ia tidak memiliki penghasilan yang lebih untuk bersedekah maka ia bersedekah dengan caranya tersebut. Hingga sampai pada suatu hari, ada seorang penumpang perempuan yang minta diantar pulang.

Setelah sampai di rumahnya, perempuan tersebut berkata, ”Pak, apa yang Bapak lakukan membuat saya kagum dan malu, karena jika dibandingkan Bapak, kehidupan saya jauh lebih baik. Sebenarnya saya bisa berbuat lebih dari yang Bapak lakukan saat ini, tetapi dengan keadaan yang dialami saat ini, Bapak mampu memberikan kebajikan. Perbuatan Bapak ini telah membuat perubahan dalam kehidupan saya. Untuk itu sebagai ungkapan terima kasih, maka Bapak dan keluarga akan saya berangkatkan haji.”

Sekecil apa pun kebajikan yang diberikan pasti akan dbalas dengan kebajikan. Asalkan kebajikan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan hanya mengaharap ridha Allah.

Karena itu jangan pernah takut untuk melakukan kebajikan walaupun kecil. Jangan pernah malu melakukan kebajikan walaupun sedikit. Jangan pernah ragu melakukan kebajikan dan jangan sampai termasuk dalam golongan yang defisit kebajikan.

Berbuat kebajikan lah karena pasti akan berbuah kebajikan lainnya dan akan kembali untuk kepada yang mengerjakan.


Walahua’lam bisshawab.

sumber : http://ramadan.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar