Selasa, 20 Agustus 2013

WASPADA GHIBAH




 Home
WASPADA GHIBAH

Ghibah dalam islam
Ghibah atau gosip merupakan sesuatu yang dilarang dalam agama islam. Dalam satu riwayat dari Abu Hurairah terdapat percakapan sahabat dengan Rasulullah. “apakah gibah itu?”. Tanya seorang sahabat kepada Rasulullah SAW. “gibah adalah memberitahu kejelekan orang lain!” jawab Rasul. “kalau keadaannya memang benar?” Tanya sahabat lagi. “jika benar itu gibah, jika tidak benar itu dusta!”tegas Rasulullah.

Menagkal ghibah
Penyakit yang satu ini begitu mudahnya terjangkit pada diri seseorang. Bisa datang melalui televise, bisa pula melalui kegiatan arisan ,berbagai pertemuan, sekedar obrolan diwarung belanjaan, bahkan melalui pengajian dan sekolah yang seharusnya menjadi untuk menuntut ilmu. Untuk menghindarinya juga tak begitu mudah, megharuskan kita ekstra  hati-hati, caranya?
  •      Berbicara sambil berfikir
Cobalah untuk befikir sebelum berbicara,” perlukah saya berbicara ini?” dan kembangkan menjadi,”apa manfaatnya? Apa mudharatnya?” berarti, otak harus senantiasa  digunakan dalam keadaan sesantai apapun. Seperti Rosulullah SAW. Yang biasanya memberi  jeda sesaat untuk berfikir  sebelum menjawab pertanyaan orang.
  •    Berbicara sambil berdzikir
Berdzikir disini maksudnya selalu menghadirkan ingatan kita kepada Allah SWT. Ingatlah betapa buruknya ancaman dan kebencian Allah kepada orang yang ber-ghibah. Bawalah ingatan ini pada saat berbicara dengan siapa saja, dimana saja, dengan siapa saja, dimana saja dan kapan saja. (jadi bukan coca cola saja yang punya slogan ini…. 
  •   Tingkatkan rasa percaya diri
Orang yang tidak percaya diri, suka mengikuti saja perbuatan orang lain, sehingga ia mudah terseret perbuatan ghibah  temannya. Bahkan ia pun berpotensi menyebabkan ghibah, karena tak memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri sehinggga lebih senang memperhatikan, membicarakan dan manilai orang lain.
  •   Buang penyakit hati
Kebanyakan ghibah tumbuh karena didasari rasa iri dan benci, juga ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau lebih beruntung dari pada kita.
  •     Posisikan diri
Ketika sedang membicarakan keburukan orang lain, segera bayangkan bagaimana perasaan kita jika keburukan kita pun dibicarakan orang.
  •    Hindari, Ingatkan, Diam atau pergi
Hindari segala sesuatu yang mendekatkan kita ghibah. Seperti acara-acara bernuansa ghibah di televise dan radio. Juga berita-berita Koran dan majalah yang membicarakan kejelekan orang. Jika terjebak dala situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan kesalahannya. Jika tidak mampu, setidaknya kita bisa diam dan tak menanggapi ghibah tersebut. Atau kita bisa memilih hengkang dan menyelamatkan diri.  

Telah selasai artikel ini untuk memenuhi nilai untuk UAC pelajaran WI dari pak Deva


Bisa juga dilihat-lihat artikel koleksi saya yg lain dengan klik disini

 

Tips belajar efektif



home

Tips belajar efektif 

Hai teman teman saya memiliki sedikit tips untuk menghadapi ujian.Walaupun dibenci, ujian akhir dan tes sangat berpengaruh pada hasil nilai rapor nanti. Pertanyaanya adalah bagaimana carannya agar ujian nanti tidak gagal. Tips tips di bawah ini akan membantu kamu dalam menghadapi test atau ujian akhir. Yang penting, bukan working harder, tapi studying smarter.
-          Persingkat Catatan Pelajaran
Agar ujian bisa sukses, kunci pertama adalah cara kita mencatat pelajaran dari dosen. Tinggalkan pelajaran yang panjang dan bertele-tele. Sebaliknya, kita harus belajar hanya mencatat pokok-pokok kunci dari materi yang diberikan guru. Karena mencatat dan menulis tidak mungkin dilakukan pada saat yang sama, pada saat dosen berhenti sebentar ketika mengajar, kita langsung menulis pokok-pokok materi di buku atau kertas. Saat malam hari, sediakan waktu 5 menit setiap hari untuk mambaca ulang catatan pokok-pokok pelajaran. Dijamin, kamu tidak akan terkantuk-kantuk saat membacanya.
-          Pilih waktu belajar yang tepat.
Seringkali kita memutuskan untuk tidur dulu 1-2  jam sebelum bangun dan belajar, salah besar . kenapa ? karena apabila kita belajar pasa saat badan masih segar , paling bagus sebelum makan malam dan beberapa jam setelahnya, proses belajar akan lebihh cepat sehingga kita tidak perlu belajar sampai larut malam. Hasilnya, karena tidur yang cukup, pada saat kita mengerjakan test esok hari , badan jauh lebih segar dan ingatan lebih lancar.
-          Bentuk kelompok belajar
Walau kedengarannya kuno, metode kelompok belajar tetap efektif. Caranya, adalah kumpulkan 4-5 orang teman dalam satu kelompok belajar. Kemudian bagi rata materi yang akan ditanyakan dalam tes kepada setiap anggota.
-          Pilih tempat belajar yang tenang
Kunci lainnya dalam belajar adalah jangan pilih tempat belajar yang berisik dan banyak gangguan. Satu lagi, matikan televisi dan radio sewaktu belajar.
-          Pelajari materi yang masih belum dipahami
Jangan buang-buang waktu mempelajari item yang sudah kamu kuasai. Ganti dengan memilih meteri yang masih belum dimengerti dan pelajari terus sampai akhirnya kamu bisa membuat konsep dengan bahasa kamu sendiri.
-          Buat rencana belajar
Belajar dengan membuat daftar target yang ingin kamu capai. Missal,
1. Baca ulang kesimpulan bab.
2. menghafal vocabulary.
3. Pilih satu konsep materi
-          Jangan lupa istirahat
Belajar tanpa jeda juga dilarang lho. Setiap 30-40 menit, berdiri, berjalan keliling ruangan atau kalau mau dance juga di bolehkan kalau mau nyemil, juga boleh asal jangan terlalu banyak. Setelah itu kembali lagi ke buku. Terakhir jangan stress . just do your best.
Kalau kamu sudah melakukan tip-tip diatas, sebenarnya kamu sudah memperbesar peluang untuk bisa mencapai skor yang bagus. 
Good luck :) 


                Telah selasai artikel ini untuk memenuhi nilai untuk UAC pelajaran WI dari pak Deva


Bisa juga dilihat-lihat artikel koleksi saya yg lain dengan klik disini

Selasa, 13 Agustus 2013

Subhanallah , 30 Mualaf Bersyahadat di Masjid Sunda Kelapa

Jakarta - Selama Ramadan 1434 Hijriyah tahun ini, 30 orang mengucap ikrar syahadat di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Enam orang di antaranya adalah warga negara asing.

"Kami menghitungnya per bulan. Juli kemarin 30 orang, ada 6 orang warga negara asing. Sedangkan bulan Juni ada 41 orang (mualaf)," ujar Ketua Dewan Pembina Mualaf Masjid Sunda Kelapa, Anwar Sujana, Selasa (13/8/2013).

Bulan Ramadan tahun ini dimulai sejak 10 Juli hingga 8 Agustus 2013. Sementara Muhammadiyah sudah memulainya sejak 9 Juli 2013. Namun Anwar mengatakan belum memiliki data lengkap untuk mualaf di bulan Agustus.

Anwar menjelaskan para mualaf itu berasal dari berbagai daerah dan latar belakang ekonomi. "Kebanyakan karyawan, ada pengusaha, artis, mulai dari kelas paling (ekonomi) bawah sampai kelas atas," imbuhnya.

Setelah mengucapkan kalimat syahadat, para mualaf ini akan mendapat pembinaan dari ustaz-ustaz Masjid Sunda Kelapa. Terdapat empat materi yang akan diberikan yakni studi dasar Islam, Aqidah Islam, Fikih ibaah, pengenalan Alquran.

"Sekarang ada tambahan yakni Fikih Wanita," jelas Anwar.

Sedangkan untuk jadwal pertemuan pembinaan mualaf, Anwar mengatakan hal itu disesuaikan dengan jadwal para mualaf. Namun, satu materi diberikan dalam satu hari.

Masjid Sunda Kelapa juga memiliki beberapa kegiatan khusus untuk mualaf. Di antaranya pertemuan setiap Sabtu pagi.

"Sabtu pagi itu acaranya sharing sesama mualaf. Mereka berbagi cerita-cerita dan pengalaman. Kegiatan yang lain adalah diskusi bulanan yang mengundang ustaz-ustaz di luar Masjid Sunda Kelapa," jelas Anwar.

Acara diskusi ini digelar usai salat Dzuhur di hari Sabtu atau Minggu di pekan kedua setiap bulannya.
sumber : http://ramadan.detik.com

Subhanallah! 708 Ekspatriat Asing Masuk Islam di Riyadh Sepanjang 2013

Riyadh - Sebanyak 708 ekspatriat asing di Riyadh memeluk Islam tahun ini. Pencapaian ini secara tidak langsung adalah hasil dari upaya Pusat Kerjasama Dakwah di Maader dan Um Al-Hammam di Riyadh.

Pusat Dakwah tersebut telah mengorganisir sebanyak 1.118 ceramah dan kelas studi dalam bahasa yang berbeda-beda di rumah sakit dan departemen pemerintahan. Mereka juga mendistribusikan lebih dari 68.000 kopi Alquran dan 545.000 kopi buku dan buku saku Islami dalam beragam bahasa.

Ekspatriat asing yang telah memeluk Islam di antaranya adalah 146 warga Sri Lanka, 136 warga Filipina, 392 warga Etiopia dan Eritrea, 29 orang Eropa dan Amerika, dan 5 orang warga India.

Fuad Kawther, seorang insinyur Arab Saudi yang terkait dengan aktivitas dakwah di Jeddah, mengungkapkan kegembiraannya mengenai peningkatan jumlah orang-orang yang memeluk Islam sebagai jalan hidup mereka. "Sekali lagi ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang baik dan jujur. Ini adalah pertumbuhan agama tercepat di dunia," kata Kawther, seperti dikutip dari Arab News, Selasa (13/8/2013).

Ia juga menceritakan peristiwa menakjubkan yang terjadi di Jerman setelah Yusuf Estes memberikan kuliah mengenai Islam. Usai kuliah tersebut sekitar 1.000 orang menyatakan kesiapannya untuk memeluk Islam.

"Ini berkah yang luar biasa bahwa ratusan ekspatriat yang datang ke Arab Saudi untuk bekerja, menggunakan kesempatan mereka untuk belajar dan memeluk Islam, meskipun kenyataannya beberapa warga Arab tidak mempraktikkan Islam dengan sepenuhnya," ujar Kawther.

Pekerja asal Filipina menduduki posisi teratas dalam daftar orang yang baru memeluk Islam. Kawther mengatakan dan menghubungkan hal tersebut dengan sejarah Islam yang panjang di Filipina sebelum penjajah dari Barat menduduki negara tersebut. "Sekarang pekerja warga Cina bersaing dengan warga Filipina dalam memeluk Islam," tutupnya.
sumber : http://ramadan.detik.com

Merawat Hidayat dengan Memilih Teman



(Ilustrasi, Foto: Reuters) 
KONSEKUENSI logis dari seorang yang bertaubat adalah meninggalkan lingkungan lama yang kurang Islami, menuju yang lebih Islami. Mencari teman yang lebih baik dalam agamanya adalah tanda seseorang telah memperoleh hidayah dan berkehendak untuk merawat hidayah tersebut.

Rasulullah SAW bersabda:

Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang di antara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.” {Hadits hasan riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833)]

Rasulullah SAW juga bersabda:

Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Dalam ilmu sosiologi/psikologi ada yang disebut dengan peer group (teman bermain). Peer group merupakan agen sosialisasi lain di luar keluarga, seperti teman sepermainan, tetangga, dan teman sekolah. Mereka saling berinteraksi dan memengaruhi serta saling membentuk nilai dan norma yang disepakati bersama.

Di sinilah titik maslahat dan mudharat pertemanan, tergantung seberapa baik dan buruk nilai dan norma yang dipertukarkan dan disepakati, sebagaimana pesan Nabi SAW di atas.

Pada pesan lainnya Rasulullah SAW bersabda:

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalau pun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalau pun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Nashiruddin Al Albani juga mengatakan bahwa hadits ini tergolong sahih sehingga bisa dijadikan hujjah (Silsilah Al Ahadits Ash Shohihah 7/26)

Mengenai makna hadits ini, Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan: 
“Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.” (Fathul B?ri 4/324).

Dampak keburukan teman tersebut akan dapat mengenai kita. Misalnya, jika yang bersangkutan kerap menipu, mencuri, dan berbagai tindak pidana lainnya, maka kedekatan kita dengannya bisa dianggap sebagai bagian dari persekongkolan dalam kejahatan tersebut.

Sebaliknya, jika teman kita tersebut seorang yang dikenal publik berkepribadian jujur, maka keberadaan kita sebagai teman yang bersangkutan juga akan dihormati masyarakat.

Jika seseorang manusia telah membersihkan dirinya dan bersungguh-sungguh menggapai hidayah, otomatis kecintaannya kepada saudaranya yang seiman pun akan tumbuh.

Sebagaimana hadits SAW:

Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang saling berhadapan. Apabila mereka saling mengenal (sifatnya, kecenderungannya dan sama-sama sifatnya) maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.” (HR Bukhari dan Muslim)

Bahkan, Allah SWT telah menggambarkan bahwa pertemanan itu pun akan terbawa hingga akhirat. Pertemanan orang jahat akan saling mencelakakan pada hari akhirat, karena masing-masing saling melempar kesalahan kepada temannya. Sebaliknya, pertemanan sesama orang bertaqwa akan saling menjadi saksi atas kebaikan satu sama lain.

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” ( QS Zukhruf: 67)

Ayat di atas diperjelas dengan Firman Allah di Surat Al Furqan ayat 28-29.

Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Alquran ketika Alquran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.“ (Al-Furqan: 28-29)

Sebaliknya, pertemanan orang bertakwa akan mengobrol penuh suka cita di surga bertanya sebab satu sama lain bisa masuk surga. Ini digambarkan Allah SWT pada surat (Aththuur: 25-27)

Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya."
sumber : http://ramadan.okezone.com

Zakat Itu Memberdayakan bukan Memperdayai



(new-muslim.info) 
PADA awal 2009 umat Islam dikejutkan oleh kejadian di Pasuruan, Jawa Timur. sebanyak 21 orang meninggal dunia karena berdesakan untuk menerima zakat sebesar Rp30 ribu per jiwa.

Kejadian tersebut merupakan pukulan bagi kaum Muslimin dalam mengelola zakat, infak, dan sedekah. Zakat semestinya menyejahterakan para mustahik (orang yang berhak menerima zakat), bukan menghinakan, bahkan membinasakan.

Penerima Zakat

Karena zakat bukan merawat dan melanggengkan para mustahik dengan status mereka, tetapi terjadi transformasi dari penerima menjadi para pembayar.

Oleh sebab itu, harus sistem pendistribusian yang bernilai pemberdayaan dan yang penting penyalurannya tepat sasaran.

Allah SWT menentukan sasaran zakat di dalam Alquran surat At Taubah: 60.

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan para penerima zakat, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf yang dilembutkan hatinya, riqab (hamba sahaya), gharimin (orang yang terlilit utang), fi sabilillah, dan ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan).

Ayat ini menunjukkan spesifikasi para penerima zakat untuk delapan ashnaf (golongan) saja dan tidak diperbolehkan kepada golongan lainnya. Hal tersebut dinyatakan Allah dalam kata di permulaan ayat yang berbunyi “innama”.

Huruf “innama” dalam bahasa Arab menunjukkan fungsi meringkas atau mengkhususkan. Sehingga karena mengkhususkan hanya delapan golongan saja yang berhak menerimanya.

Penentuan delapan golongan itu juga bukan ditentukan oleh manusia, tetapi langsung oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat yang mengajukan dirinya menjadi golongan penerima zakat. Rasulullah SAW pun menjawab bahwa ia tidak berhak menentukan suatu hukum yang bukan kewenangannya, sampai akhirnya Allah turunkan ayat ini.

Karakter atau Watak Zakat

Zakat memiliki karakter memberdayakan, maka diuapayakan para mustahik lebih sejahtera dengan menerima zakat. Mengupayakan mentransformasi dari mustahik menjadi pembayar (muzaki). Melakukan pendampingan agar mereka lebih berdaya karena kemiskinan saat ini, bukan hanya miskin harta tetapi juga miskin ilmu, kesehatan, dan yang lebih berbahaya adalah miskin azzam (tekad).

Dengan karakter atau watak ini maka:
- Zakat tidak untuk memanjakan orang miskin,
- memprioritaskan mustahik yang kontributif,
- mendorong usaha mandiri dan takaful yang produktif,
- di-manage untuk pemberdayaan masyarakat secara bertahap,
- lambang kesejahteraan, bukan kemiskinan.

Indikator kesuksesannya bukan sekadar bertambahnya jumlah mustahik, tetapi bertambahnya jumlah mustahik yang jadi lebih berdaya.

Pada tahun ke-11 H ketika Muadz bin Jabal di Yaman mengumpulkan zakat terdapat sepertiga zakat yang tidak dapat didistribusikan. Bukan karena tidak dibagikan, namun tidak bisa lagi golongan yang berhak menerimanya.

Lalu pada tahun berikutnya dikumpulkan zakat dan setengahnya tidak bisa didistribusikan, dan pada tahun ke-13 H seluruh dana zakat tidak dapat didistribusikan di Yaman.

Akhirnya Amirul Mu’minin Umar bin Khattab menetapkan kebijakan menyubsidi ke daerah yang membutuhkan.

Kejadian pada masa Umar bin Khaththab terulang kembali, zakat dapat memberdayakan para mustahik bukan memperdayai.

sumber : http://ramadan.okezone.com

Jangan Sampai Mengalami Defisit Kebajikan!



(new-muslim.info) 
PADA 1980-an, uang pecahan yang paling kecil adalah Rp5. Kita sering menyebutnya lima peol. Dengan uang pecahan tersebut dapat membeli jajanan anak-anak, seperti krupuk, permen, es, dan lain-lain.

Saat ini, pecahan uang yang paling kecil adalah Rp100 atau cepek, tapi bisa dibilang sudah tidak ada lagi jajanan yang bisa terbeli dengan cepek.

Harga jajanan saat ini minimal Rp500. Permen sekali pun banyak yang jual dengan harga di atas Rp500.

Meski nilainya kecil, namun jangan meremehkan koin tersebut. Sebesar apa pun uang yang dimiliki seseorang tidak akan sampai hitungan yang paling besar jika masih kurang Rp100. Uang Rp1.000 tidak akan sejumlah itu kalau kurang Rp100.

Kita mungkin masih ingat dengan koin yang dikumpulkan untuk Prita Mulyasari, perempuan yang dilaporkan sebuah rumah sakit swasta di Tangerang terkait kasus pencemaran nama baik, sebagai wujud solidaritas kemanusiaan. Jumlah yang terkumpul pada akhir Desember 2009 mencapai Rp810 dengan berat sekira 25 ton.

Setelah model pengumpulan koin Prita dianggap, maka bermunculah ide yang sama untuk Diah Putri, bocah penderita kanker hati; Fikri, penderita kelainan pada langit-langit mulut; Anton, penderita gagal ginjal; dan lainnya.

Anak-anak itu lahir dari keluarga yang tidak mampu. Koin sumbangan untuk merek setidaknya mampu mengurangi beban keluarga.

Kasus di atas merupakan bukti bahwa kita tidak bisa meremehkan sesuatu yang mungkin dipandangan kecil dan tak berarti apa-apa.

Perbuatan kebajikan sekecil apa pun jika dilakukan terus menerus dan berulang-ulang hasilnya akan menjadi luar biasa.

Ada kisah menarik yang pernah saya dengar dari seorang teman. Ia menceritakan kesuksesan seorang tukang becak yang menyedekahkan tenaganya. Tukang becak itu bertekad, setiap Jumat ia tidak akan meminta bayaran dari siapa pun yang menaiki becaknya.

Hal itu diniatkan sedekah karena hanya itu yang ia bisa lakukan. Ia tidak memiliki penghasilan yang lebih untuk bersedekah maka ia bersedekah dengan caranya tersebut. Hingga sampai pada suatu hari, ada seorang penumpang perempuan yang minta diantar pulang.

Setelah sampai di rumahnya, perempuan tersebut berkata, ”Pak, apa yang Bapak lakukan membuat saya kagum dan malu, karena jika dibandingkan Bapak, kehidupan saya jauh lebih baik. Sebenarnya saya bisa berbuat lebih dari yang Bapak lakukan saat ini, tetapi dengan keadaan yang dialami saat ini, Bapak mampu memberikan kebajikan. Perbuatan Bapak ini telah membuat perubahan dalam kehidupan saya. Untuk itu sebagai ungkapan terima kasih, maka Bapak dan keluarga akan saya berangkatkan haji.”

Sekecil apa pun kebajikan yang diberikan pasti akan dbalas dengan kebajikan. Asalkan kebajikan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan hanya mengaharap ridha Allah.

Karena itu jangan pernah takut untuk melakukan kebajikan walaupun kecil. Jangan pernah malu melakukan kebajikan walaupun sedikit. Jangan pernah ragu melakukan kebajikan dan jangan sampai termasuk dalam golongan yang defisit kebajikan.

Berbuat kebajikan lah karena pasti akan berbuah kebajikan lainnya dan akan kembali untuk kepada yang mengerjakan.


Walahua’lam bisshawab.

sumber : http://ramadan.okezone.com

Awal yang Menentukan Kesuksesan


 Umat Muslim tengah mengikuti Shalat Idul Fitri di pelataran jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (8/8).  (Republika/ Yasin Habibi)

Syawwal telah terbit, selesai sudah pembinaan Allah  kepada hamba-hamba-Nya. Meskipun tidak dari nol tapi yang terjadi adalah kelahiran kembali “ka yaumin waladathu ummuh” (seperti hari dilahirkan ibunya).

Maksudnya adalah bersih kembali karena ibadah yang  dikerjakan selama shaum Ramadhan telah menjadi sebab yang  berakibat ampunan Allah SWT.

Langkah awal yang mesti dilakukan adalah bersyukur. Mensyukuri berbagai karunia yang telah Allah SWT berikan. Bersyukur dalam makna yang kreatif yakni memfungsikan karunia itu bagi kemanfaatan diri, keluarga, ummat dan Agama. Karena memang Allah SWT telah memberikan kepada kita komponen dari potensi asasi tersebut.

Firman-Nya  “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,  dan hati, agar kamu bersyukur (QS An Nahl 78).

Ayat ini menunjukkan adanya tiga komponen penting yang harus difungsikan dengan maksimal yaitu pendengaran, penglihatan dan hati. Dengan pendengaran (as sam’a) kita serap informasi pengetahuan yang dapat diformulasi menjadi ilmu. Informasi lisan keseharian maupun insidental diseleksi mana yang sia-sia mana yang berguna, mana yang dibuang dan mana yang pula bisa dikembangkan.

Dengan penglihatan (al abshoro) semua data dibaca dan diolah menjadi tulisan yang bisa dibaca kembali oleh jumlah orang yang semakin banyak. Segala informasi lisan yang didapat dibuktikan sehingga bisa terlihat nyata sebagai ayat-ayat kebenaran.

Demikianlah gandengannya, karena sesungguhnya orang yang cacat berat adalah mereka yang menjalani kehidupan kini dalam keadaan ”tuli” dan “buta”Sementara itu dengan hati (al af-idah) diyakini apa yang didengar dan dilihat untuk dijadikan niat dantekad. Niat dan tekad mana kemudiannya direalisasikan dalam wujud amal. 

Begitulah proses yang terjadi untuk berkreasi. Sebaliknya jika komponen pendengaran, penglihatan, dan hati itu tak berfungsi maka yang terjadi adalah stagnasi. Memang pilihannya adalah berkreasi atau stagnasi, create or stagnate.

Langkah kreatif yang dimaksud insya allah akan sukses jika dibarengi: Pertama memulai sesuatu dengan bismillah yaitu berangkat dari berharap pada ridlo dan pertolongan Allah serta mengukur dengan ukuran Allah. Allah sebagai sentrum.

Kedua, niat dan tekad yang kuat untuk berhasil karena kita tahu amal itu tergantung niat. Niat yang kuat adalah setengah dari keberhasilan, setengahnya lagi dengan kesabaran dan ketekunan. 

Ketiga,  memiliki ilmu yang mumpuni pada bidangnya “wa man aroda huma fa’alaihi bil ‘ilmi” (dan jika ingin sukses keduanya –dunia dan akherat—maka itu dengan ilmu) karena imu adalah causa dari tingginya derajat dalam pergaulan sesama.

Keempat, mampu membangun relasi karena sering datang kesempatan untuk maju itu disebakan karena faktor interaksi sesama. Silaturahmi mendatangkan rezeki.

Dan kelima, kesiapan  untuk mengoreksi diri atau dikoreksi oleh orang lain. Hal ini tentunya berkaitan dengan keharusan kita untuk mengenal diri kita sendiri “know your self” karena dengan mengenal diri akan memudahkan untuk dapat mengenal orang lain dan lingkungannya.

Awal syawwal  siap untuk menyinari perjalanan ke depan yang lebih berkualitas. Dengan landasan program yang lebih jelas dan apik tentunya. Kepentingan pribadi dan keluarga penting untuk mendapat perhatian, namun kita tak boleh berhenti disana. Langkah mulia  adalah khidmah untuk memajukan dan mengembangkan Agama. Melalui jihad dan da’wah.

Shaum telah mengajarkan kita bermental kuat untuk mampu mengendalikan diri serta pandai memilih dan memilah nilai yang benar. Lapar di awal bukan untuk rakus di akhir. Tetapi sederhana (qana’ah) dalam berkarakter. Shaum mengubah karakter buruk menjadi lebih agung. Jangan seperti seekor ular yang puasanya tak mengubah apa apa.

Ular yang menjijikkan, merusak, dan buas setelah memangsa lalu berpuasa. Selesai puasa ia berganti kulit. Karena lapar, “saat berbuka” ia menjadi lebih buas dan sangat merusak. Lagi pula tetap saja menjijikkan meski telah berganti kulit.

Banyak orang yang setelah menyelesaikan puasanya sebulan penuh tetap saja berperilaku hina, merusak, dan rakus.  Yang berubah hanya kulitnya saja. Baju baru. Karakternya tak berubah, bahkan lebih buruk. Maka baginya syawal tidak menjadi awal yang menentukan kesuksesan.
sumber : http://www.republika.co.id